PAN-ARABISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERAN LIGA ARAB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TIMUR TENGAH
Oleh:
Evie Aprilianty (1103939)
Pendidikan Sejarah- FPIPS UPI
Abstrak
Pan-Arabisme merupakan salah satu ideologi
yang berkembang di Timur Tengah selain Pan Islamisme dan Nasionalisme
kebangsaan mewarnai panggung sejarah di semenanjung Arab. Dengan dibentuknya
Liga Arab oleh beberapa negara, organisasi ini digunakan untuk mewadahi, mempererat
tali persaudaraan Bangsa Arab dan memerdekakan negara di kawasan Arab. Walaupun
dalam realisasinya tidak selalu lurus dan mencapai tujuan signifikan. Namun,
pengaruh Pan-Arabisme tidak dapat dipungkiri amat berpengaruh terhadap peranan
Liga Arab tentunya dalam penyelesaian konflik di Timur Tengah, salah satunya
mencegah berdirinya negara Yahudi di Palestina.
Kata Kunci:Pan-Arabisme, Liga Arab, Timur
Tengah, konflik.
A.
PENDAHULUAN
Pan Arabisme adalah sebuah
paham atau gerakan penyatuan bangsa-bangsa dan negara dunia Arab, dari Samudera
Atlantik sampai ke Laut Arab. Pan Arabisme ini berkaitan erat dengan budaya
nasionalime bangsa Arab dan menegaskan bahwa bangsa Arab merupakan satu
kesatuan dalam sebuah bangsa.
Terdapat banyak organisasi
di dunia baik yang berskala daerah, nasional, regional bahkan internasional.
Salah satu organisasi yang bergerak dalam bidang kebangsaan tersebut adalah
League of Arab States atau Liga Arab.
Pan Arabisme dan
pengaruhnya terhadap peran Liga Arab menjadi menarik untuk dikaji karena
Pan-Arabisme sebagai sebuah gerakan nasionalis ini memberikan warna tersendiri
dalam organisasi Liga Arab. Cita-cita persatuan negar-negara di Timur Tengah
pun semakin kuat digencarkan. Semakin menarik ketika Kerajaan Inggris Raya
mendorong dan menjamin pembentukan persatuan negara-negara Arab (Pan Arabia)
walaupun tujuan utamanya tidak semanis jaminan-jaminannya karena sarat dengan
pengkhianatan.
Perkembangan selanjutnya,
ketika Liga Arab telah terbentuk bagaimana peranan-peranan dari Liga Arab terhadap
penyelesaian konflik di wilayah kaya minyak ini, khususnya dalam konflik
Israel-Palestina dan Suriah masih menjadi salah satu tanda tanya besar dan
hendak penulis paparkan pada pembahasan selanjutnya.
B.
BERDIRINYA LIGA ARAB
Pembentukan Liga Arab didasari
pada kesadaran Kerajaan Inggris Raya bahwa persatuan negara-negara Arab (Pan
Arabia) di awal abad ke 20 merupakan hal yang sangat penting. Tujuan utama
Inggris adalah untuk memimpin gerakan melawan Kekaisaran Ottoman di Turki pada
Perang Dunia I. Janji-janji pun terus dilancarkan oleh Inggris kepada negeri
Arab. Sebuah persatuan kerajaan Arab dibawah kekuasaan Sheriff Hussein di
Mekkah dijanjikan oleh Inggris untuk menjangkau seluruh jazirah Arab namun
janji-janji tersebut dimentahkan sendiri oleh Inggris setelah memenangkan
peperangan.
Ketika meletus Perang Dunia
II, Inggris sekali lagi membutuhkan bantuan Arab dan menyebarkan paham Arabisme
dengan janji akan membentuk formasi awal Liga Arab. Akan tetapi, kebanyakan
intelektual Arab percaya bahwa sebenarnya Inggris tidak ingin membentuk Liga
Arab demi persatuan Arab, sebaliknya ingin menggunakan organisasi tersebut
untuk mencegah persatuan negara-negara Timur Tengah. (Azhari, 2013)
Pemerintah Mesir mengajukan
sebuah proposal pembentukan organisasi yang nyata pada tahun 1943. Perjanjian
yang asli menyebutkan bahwa sebuah organisasi regional terdiri dari negara
berdaulat yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan penuh untuk semua
negara-negara Arab dan untuk mencegah kaum Yahudi di Palestina.
Liga Arab didirikan pada 22
Maret 1945 oleh tujuh negara. Dalam piagamnya dinyatakan bahwa Liga Arab
bertugas mengkoordinasikan kegiatan ekonomi, kebudayaan, kewarganegaraan,
sosial, dan kesehatan.
Pembentukan Liga Arab
didasarkan pada Pact of The League of
Arab States. Pakta inilah yang kemudian menjadi sebuah konstitusi dasar
bagi organisasi Liga Arab. Negara-negara anggota pertama yang juga sebagai
penandatangan Pakta Liga Arab 1945 adalah Mesir, Irak, Transjordan (tahun 1946
berubah menjadi Yordania), Lebanon, Arab Saudi dan Suriah.
Berdasarkan Pasal 2 Pact of The League of Arab States,
fungsi dan tujuan utama Liga Arab adalah: “Menjaga
hubungan baik diantara negara-negara Arab dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
politik negara anggota, melindungi kemerdekaan dan kedaulatan negara, dan
menyelaraskan kepentingan-kepentingan Arab.” Didalam bidang hukum tujuan dan
fungsi Liga Arab adalah:
a. Pelaksanaan keputusan
pengadilan di antara negara-negara anggota.
b. Masalah ekstradisi
c. Masalah nasionalitas
warga negara. (Azhari, 2013)
C.
PAN-ARABISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERAN
LIGA ARAB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TIMUR TENGAH
Pan Arabisme atau qaumiyyah
adalah suatu ideologi yang berkembang di wilayah Timur Tengah pada tahun 1918.
Ideologi ini memandang bangsa Arab sebagai sebuah bangsa dan kebangsaan tersebut merupakan
dasar dari politik. Ideologi ini berkembang seiring dengan kelahiran konsep
nasionalisme di Eropa. Semkain lama, semakin banyak pemikir sekuler. Abdul
Al-Rahman Al-Kawakibi seorang pemikir dari Arab mengajukan sebuah
‘kekhalifahan’ di Mekkah namun fungsiny berbeda dengan kekhalifahan kuno hanya
sebuah tempat administratif sebagai pusat kebangkitan Islam.
Banyaknya pemikir-pemikir
Sekuler dan Kristen terhadap ide kebangkitan Arab tersebut, perlahan ide
Arabisme menjadi tersekulerisasi. Walaupun Arab masih identik dengan Islam,
namun yang ditekankan adalah rasa kebangsaan bukanlah ikatan agama. (Widhiyoga,
t. Tahun: 7)
Pan Arabisme ini kemudian terwujud
dalam sebuah wadah Liga Arab. Liga Arab berangkat dari sebuah kesadaran untuk
penyatuan negar-negara Arab dalam satu bangsa dan kebangsaan tersebut perlu
diwujudkan.
Dalam konflik yang terjadi
di Timur Tengah dari Konflik Isarel-Palestina yang telah berlangsung puluhan
tahun hingga isu paling kontemporer yaitu konflik Ssuriah perlu mendapatkan
perhatian dari Liga Arab karena keduanya merupakan anggota dari Liga Arab
(dalam hal ini Palestina adalah pengecualian walaupun bukan negara berdaulat
tetapi masuk dalam keanggotaan).
Berikut adalah peran Liga Arab dalam
penyelesaian konflik di daerah Timur Tengah.
a. Peran Liga Arab dalam Penyelesaian Konflik Israel-Palestina
Konflik Israel-Palestina bergolak sejak diproklamirkannya
Israel sebagai sebuah negara oleh David ben Gurion pada 14 Mei 1948. Berdasarkan
Deklarasi Balfour pada bulan November 1917 M oleh Arthur James Balfour. Dalam
deklarasi tersebut dikatakan:
“Pemerintah Inggris menyetujui didirikannya
sebuah tanah air bagi bangsa Yahudi di Palestina, dan berusaha dengan
sebaik-baiknya untuk melancarkan pencapaian tujuan ini, setelah dipahami secara
jelas bahwa tidak akan dilakukan sesuatu yang dapat merugikan hak-hak sipil dan
hak-hak keagamaan komunitas non Yahudi yang ada di Palestina, atau hak-hak dan
status politik yang dinikmati oleh setiap bangsa Yahudi di negara lain” (Bakar, 2008)
Liga Arab sebagai sebuah wadah yang mempunyai tujuan
untuk kemerdekaan bagi negara-negara Arab seharusnya menjadi sebuah harapan
untuk menjadi penengah dalam konflik yang telah berlangsung lama tersebut. Walaupun
dapat dipahami ketika konflik ini mulai bergulir yaitu pada tahun 1948, Liga
Arab masih sangat muda untuk mengatasi masalah yang krusial tersebut, usianya
pada saat itu adalah 3 tahun.
Liga Arab akhirnya hanya mengandalkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyelesaikan konflik Israel-palestina. Liga Arab
berharap bahwa yang menjadi penengah diantara penyelesaian konflik bukan hanya
Amerika Serikat.
Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa dalam Lesly
Agistania (2010) "Hendaknya ada
perubahan dalam arah proses perdamaian, dengan menjadi penengah yang memahami
kebutuhan dua pihak, dan bukan satu pihak," katanya.
Ia juga mengatakan, peran PBB yang dipinggirkan pada satu tahap tertentu terkait dengan konflik Arab-Israel hendaknya dikembalikan.
Ia juga mengatakan, peran PBB yang dipinggirkan pada satu tahap tertentu terkait dengan konflik Arab-Israel hendaknya dikembalikan.
Banyak peran yang masih bisa untuk dilakukan. Sampai saat
ini, Liga Arab masih berperan dalam membantu penyelesaian konflik antara
Palestina dan Israel. Tidak hanya itu, Liga Arab juga telah memainkan peran
dalam meningkatkan konsolidasi dan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan
budaya di antara negara-negara Arab. Salah satu peran yang bisa dilihat adalah
keputusan Liga Arab dalam Konferensi Tingkat Tinggi di Beirut, Maret 2002. (KTT
Liga Arab di Beirut memutuskan mendukung perjuangan rakyat Palestina).
PBB merupakan bagian dari kuartet penengah bersama Amerika
Serikat, Uni Eropa dan Rusia, tetapi AS telah mengambil peran menonjol dalam
proses perdamaian itu padahal Liga Arab mempunyai andil yang sangat besar dalam
menyikapi konflik yang terjadi di wilayah regionalnya.
Maka dari itu, demi tercapainya cita-cita Pan Arabisme
dan Liga Arab sebagai wadahnya harus lebih intensif dalam penyelesaian konflik.
b. Peran Liga Arab dalam Penyelesaian Konflik Suriah
Peran liga Arab dalam penyelesaian konflik Suriah
dilansir dalam media Antara News (25/4) menyatakan bahwa emerintah Suriah, Rabu (24/4), menolak peran apa pun
oleh Liga Arab dalam penyelesaian krisis di negerinya, dan menyatakan Damaskus
akan berhubungan dengan Utusan Gabungan PBB-Liga Arab Lakhdar Brahimi hanya
sebagai wakil PBB. "Suriah telah
bekerjasama dengan Brahimi dan akan terus melakukan itu dalam konteks dia hanya
sebagai utusan PBB, sebab Liga Arab memihak persekongkolan melawan
Suriah," kata Kementerian Luar Negeri Suriah, sebagaimana dilaporkan
Xinhua.
Dalam Konflik Suriah, aktor utama dari
dari konflik ini adalah FSA da rezim Assad. Keterlibatan aktor-aktor di luar mereak berdua ini pun
beragam. Mulai dari negara-negara, organisasi internasional kelas global
seperti PBB, dan juga organisasi regional Timur-Tengah seperti Liga Arab.
Tingkat keterlibatan mereka pun berbeda-beda, ada yang terang-terangan berkata
akan membantu, ada yang membantu dalam diam, ada yang memberi bantuan uang, ada
yang memberi bantuan military-advisors, dan bantuan dalam bentuk lainnya.
Peran Liga Arab sebagai organisasi regional sebenarnya
sangat diharapkan dalam penyelesaian konflik ini. Namun demikian, kewenangan
yang terbatas membuat Liga Arab seakan mandul dalam membantu Suriah menemukan
jalan keluar dari konflik berkepanjangan yang mereka hadapi. Peran Liga Arab
mulai muncul ketika pada konferensi terakhir di Doha, Qatar, Liga Arab
memberikan kursi perwakilan Suriah kepada pihak oposisi, bukannya kepada rezim
Assad yang secara administratif masih memiliki legitimasi sebagai pemerintahan
di Suriah. Hal ini lalu menggiring pada pertanyaan menarik mengenai apa
sebenarnya motif di balik sikap Liga Arab tersebut. (Middle East Studies
Indonesia, 2013)
Maka dalam hal ini Liga Arab seperti tidak punya power
untuk memaksa ataupun mengintervensi masalah ini. Akibatnya, mereka hanya
nampak seperti penonton saja.
Liga Arab hanya bisa bertindak di luar konflik dan di luar Suriah. Tidak bisa
memberikan dampak langsung pada kondisi di dalam Suriah. Berdasarkan hal tersebut,
cita-cita Pan Arabisme dan Suriah sebagai anggota Liga Arb perlu adanya
pertimbangan dari anggota Liga Arab yang lainnya dalam penyelesaian konflik
agar tidak lebih berkepanjangan dan semua cita Pan Arabisme tercapai.
Liga Arab yang terdorong dari cita-cita Pan-Arabisme
untuk menyatukan negara Arab menjadi satu kesatuan nampaknya tidak mulus dalam
perjalanannya karena wilayah Timur Tengah, negeri kaya minyak ini seakan
digoyahkan dengan banyak konflik. Hal ini menyadarkan kita bahwa dalam mencapai
persatuan dan kesatuan banyak harga yang harus dibayar. Tapi dengan
penyelesaian dengan dialog, perundingan akan lebih baik agar tidak lebih banyak
lagi korabn berjatuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, A. (2008). Berebut Tanah Suci Palestina.
Yogyakarta: Insan Madani.
Azhari,
D. I. (2013). Organisasi Liga Arab.
[online] tersedia: http://iramerdeka.wordpres
s.com/2010/05/26/liga-arab/. Diakses pada tanggal 11 Juli
2013.
Widhiyoga,
G. T. Tahun. Pengaruh Pan Arabisme
terhadap Efektivitas Liga Arab. Jurnal Ilmiah.
Lesly, A. (2010). Peran
Liga Arab dalam Penyelesaian Konflik perselisihan Israel-Palestina. [online] tersedia: http://diplomacy945.blogspot.com/2010/06/peran-liga-arab-dalam-penyelesaian.htmlhttp://politik.kompasiana.com/2012/12/09/israel-palestina-dan-pan-arabisme-baru-sejarah-tanah-berdarah-514601.html. Diakses pada tanggal 11 Juli 2013.
Middle East Studies
Indonesia. (2013). Liga Arab dan Konflik Suriah. http://middleeasti
ndonesia.wordpress.com/2013/06/10/resume-diskusi-liga-arab-dan-konflik-suriah/
Wibisono, K. (2013). Liga Arab dan Konflik Suriah. [online] tersedia: http://www.ant
aranews.com/berita/371174/suriah-tolak-peran-liga-arab-dalam-penyelesaian-krisis. Diakses pada tanggal 11 Juli 2013.
Komentar
Posting Komentar